Tentang Bahasa Jepang

PENGUCAPAN/ LAFAL

1. Suku kata
Suku kata bahasa Jepang merupakan “suku kata terbuka” dan hampir selalu ada dalam bentuk vocal/huruf hidup. Seperti kata “hana” dipisahkan menjadi ha-na dan kata “paipu”dipisahkan menjadi pa-i-pu. Pada saat yang sama, bahasa tersebut juga merupakan bahasa isokronus, sehingga semua suku kata adalah sama dalam bunyi/pengucapannya. Kesemuanya ada 7 jenis suku kata yang dibagi dalam dua (2) kelompok:



Kelompok JenisContoh
i. Umumi-i Konsonan=vocal (yang umum)
i-ii Konsonan+semi vocal
i-iii semi vocal+vocal
i-iv vocal
'ka'
'kya' 'ya' atau 'wa' 'a'
ii. Khusus (suku kata tersendiri)ii-i suku kata nasal khusus
ii-ii konsonan yang tidak diucapkan
ii-iii suku kata khusus untuk suku kedua dari sebuah vocal yang diperluas
'N' dari 'saN' 'Q' dari iQpon' 'V dari okavsan'

2. Bunyi
Fonem bahasa Jepang saat ini terdiri dari 14 konsonan, 2 semi vokal dan 5 vokal
i. Konsonan : k, g, p, b, t, d, c, z, s, r, h, m, n, rj = dibaca _ng (sengau)
ii. Semi vocal: y, w
iii. Vocal: a, I, u, e, o
3. Suku kata
‘N’, ‘Q’ dan ‘V’ disebut suku kata karena mereka mencirikan suku kata walaupun mereka bukan vocal.
i. ‘N’ adalah bunyi sengau khusus yang ditulis seperti ‘n’ dalam ‘pa-n’ dan ‘sa-n-po’=sa-n-po
ii. ‘Q’ adalah jeda suatu suku kata khusus yang diwakili dalam huruf Jepang kana, oleh atau “/ kecil”. Dalam bahasa latin, hal ini biasanya ditunjukkan oleh penggandaan yang mengikutinya seperti “Nippon” dan “Kitte”.
iii. ‘V’ merupakan suku kata kedua dari vocal yang diperpanjang atau diperluas. Dalam bahasa Jepang, vocal dapat menjadi panjang atau pendek, walaupun tidak mempunyai pengertian yang sama dengan vocal ‘panjang’ dan ‘pendek’ dalam bahasa Inggris. Agaknya vocal panjang dalam bahasa Jepang adalah mengalami perpanjangan berganda, vocal dua suku kata seperti To-o-kyo-o atau dengan menulis garis diatas vocal yang berarti rangkap (TŌkyŌ) atau dapat pula langsung dituliskan vocal rangkap seperti ‘hiita’.
4. Devokalisasi Vokal
Setelah bunyi tak bersuara atau antara dua bunyi tak bersuara, vocal ‘I’ dan ‘u’ yang tak bertekanan dan sempit menjadi tak bersuara, diucapkan sangat lemah seperti dalam ‘kusa’ dan ‘aki’.
MENULIS
1. Umum
i. Istilah ortografi dalam pengertian Eropa benar- benar merupakan istilah yang tidak ada di jepang dan ada sangat sedikit usaha dilakukan untuk mengikuti setiap petunjuk dasar. Seperti “Norikumi-in” (anggota) data ditulis のりくみん, dan semuanya diterima secara benar, masing-masing dengan kerasionalanya. Meskipun demikian, mulai ada sedikit kecenderungan yang dapat dilihat dengan jelas untuk menyusun ortografi dan sekolah-sekolah mengajarkan ……sebagai ‘standar’. Walaupun tidak besar, tetapi masih ada perhatian terhadap ortografi dan tidaklah benar uantuk menganggap tulisan-tulisan yang berbeda untuk untuk sebuah kata sebagai suatu kesalahan atau penyimpangan.
ii. Pengabaian dari ortografi ini berasal dari kenyataan bahwa bahasa Jepang yang dipakai sehari-hari menggunakan kombinasi kanji dan (hiragana dan katakana) bahkan dengan beberapa tulisan asing yang kadang-kadang dimasukkan serta.
Karena orang-orang jepang pada masa itu pada awalnya menemui kesulitan-kesulitan besar dalam mencoba mengekpresikan secara sempurna baik lambang-lambang maupun pengucapan bahasa Jepang yang bersuku kata banyak dengan bahasa Cina asli kanji, mereka membuat penyederhanaan bentuk penulisan (yang kemudian disebut hiragana) dan penyingkatan penulisan kanji (disebut kata kana) sebagai symbol-simbol fonetik sesuai dengan bahasa Jeapang yang terbuka. Dengan demikian kanji bertahan terutama untuk semantik ( seperti akar dan bentuk kata) sementara fonetik kana, yang digunakan untuk
morfemseperti akhiran, bagian-bagian turunan, partikael, atau kata sandang.
iii. Tidak ada aturan yang tepat terhadap pemisahan kata dan atau frase dalam tulisan.
iv. Tidak ada system huruf besar dan huruf kecil.
v. Walaupun corak penulisan orang Eropa secara horizontal dari kiri ke kanan, atas ke bawah sekarang ini telah menjadi penggunaan yang parsial, bentuk-bentuk tradisional utnuk menulis secara vertical dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri.
2. Kanji
i. Walaupun dikatakan ada 48.000 huruf kanji, namun hanya sekitar 5.000 hingga 10.000 yang biasa digunakan. Setelah perang dunia ke-2, pemerintah Jepang menetapkan sekitar 1850 huruf dasar sebagai “Toyo kanji” dan huruf ini hanya satu-satunya yang digunakan dalam buku bacaan dan tulisan-tulisan resmi. Dari 1850 “Toyo Kanji”ini, sekitar 996 khususnya terutama huruf-huruf dasar telah dipilih untuk pencantuman di kurikulum sekolah dasar. Yang digunakan dalam buku ini adalah sekitar 1000 huruf , termasuk 996 huruf kanji dasar, yang paling sering digunakan sesuai dengan penelitian statistic saat ini.
ii. Setiap kanji biasanya mempunyai sedikitnya dua car abaca, dimana yang satu adalah “on”, yaitu cara baca yang diambil dari lafal Cina kuno dan yang lain adalah “kun” yaitu cara baca yang huruf kanji sesuai dengan artinya dalam bahasa Jepang. Juga car abaca “kun”, dan banyak car abaca yang berbeda yang dapat diberikan untuk sebuah huruf tunggal dan kesemuanya benar.
iii. Seperti telah ditetapkan, kanji digunakan untuk akarakar kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Dan sudah sewajarnya kata-kata yang dipinjam dari bahasa Cina, yang memberikan cara baca “on” secara prinsip ditulis dalam bentuk kanji.
3. Hiragana
Hiragana digunakan untuk kata-kata bahasa Jepang dimana kanji tidak dapat dipakai secara mudah, kata-kata yang merupakan symbol sebuah bunyi, akhiran kata-kata yang terkonjugasi seperti kata kerja, kata sifat, partikel, atau kata sandang, kata kerja bantu, dan yang sejenis. Lagi pula kata ganti, kata keterangan, dan kata sambung serta nama tumbuhan, hewan lebih baik ditulis dalam bentuk hiragana (seperti びくびく, わたしたち, dan きつね)
4. Katakana
Kata-kata asing selain dari Cina dan anomatope selalu dituliskan dalam bentuk katakana, seperti ビ一ル dan ワン ワン (suara anjing menggonggong)
5. Roman Script
Walaupun huruf-huruf barat tidak lazim digunakan, huruf-huruf romaji ini telah mulai digunakan untuk kata-kata tertentu seperti ukuran dan singkatan, misalnya kg, Tel, PR, dan PCB
6. Notasi
i. Bunyi bersuara (ga,za, da, ba) ini ditunjukkan oleh tanda (") disebelah kanan atas dari “kana”.
ii. Semi sonant (pa), ini ditunjukkan oleh tanda o disebelah kanan dari “kana”
III. Penulisan dalam huruf roman/latin
1. Sistem romanisasi diambil untuk penyalinan huruf dari satu abjad ke abjad yang lain pada buku ini adalah Hyojun Shiki (system standar yang merupakan adaptasi dari system Hepburn).
2. System yang digunakan disini mempunyai gambaran-gambaran sebagai berikut:
i. Vocal yang panjang bercirikan sebuah – diatas vocal itu. Akan tetapi “e” panjang pada semua kata-kata asli berbahasa Cina ditulis “ei” dan “I” panjang, dalam bahasa Jepang ditulis “ii”.
ii. Suku kata “Q” telah ditunjukkan oleh penggandaan huruf konsonan dari kata seperti kitte (perangko) dan kippu (tiket). Akan tetapi penggandaan dari “ch”, “sh”, “ts” telah ditulis seprti “tch”, “ssh”, “tts” secara berurutan.
iii. Suku kata “N” secara konsisten telah ditunjukkan oleh “n” tanpa memandang nilai bunyi aktualnya pada kata itu.
iv. Garis panjang telah digunakan terutama utnuk menunjukkan struktur kata dari kata-kata majemuk.
IV. Struktur Kalimat
1. Walaupun struktur kalimat bahasa Jepang secara menyolok berbeda dari struktur kalimat bahasa inggris, namun kebanyakan dari kandungan kata-kata yang menjadikan sebuah kalimat dapat dikategorikan secara kasar sama dengan yang ada pada pola/ struktur bahasa Inggris. Kata benda (hon “buku”), kata sifat (atsui (panas)), kata kerja (yomu (membaca)), kata keterangan (yukkuri (secara perlahan)), kata sambung dan lain-lain.

Akan tetapi fungsi kata memerlukan perhatian khusus dan studi yang lebih teliti:
a. Partikel (ga, o, ni, kara) kebanyakan dari bentuk tersebut diposisikan sebgai kata enda dan menunjukkn hubungan gramatikal mereka, dalam kalimat.
b. Kata kerja bantu yang diposisikan sebagai kata kerja atau kata sifat menujukkna negative, positif, kausatif, progresif, dan sebagainya.
2. Inti dari kalimat adalah predikat yang selau ditempatkan diakhir kalimat. Predikat terdiri dari tiga jenis : verbal, adjectival, dan nominal. Predikat nominal terdiri dari kata benda dan kata penghubung “desu” .
Mengawali predikat adalah frase kata benda dan partikel yang menunjukkan topic, subyek, obyek, lokasi waktu dan lain-lain. Frase non predikat dapat muncul di segala urutan dan jika dihilangkan kapanpun mereka tidak diperlukan untuk pemahaman. Apabila sebuah kata atau klausa dimodifikasi oleh kata atau klausa yang lain, penjelas selalu mendahului apa yang dijelaskan.
3. Predikat yang dipengaruhi atau di konjugasikan untuk kalimat dan bentuk-bentuk kalimat lain, seperti bentuk imperative, bentuk pengandaian dan sebagainya. Semuanya meliputi dua bentuk kalimat biasa dan bentuk kalimat sopan.

Related Posts

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *